Skenario Indonesia tahun 2045 adalah topik wawancara Luhut B, Panjaitan dengan Lembaga Ketahanan Nasional RI pada Rabu (15/5).

Ramalan untuk Indonesia

Ekonomi Indonesia diproyeksikan menjadi 4 besar dunia pada 2045. Menurut saya tidak aneh jika GDP kita pada saat itu bisa mendekati USD 20 triliun. Karena pada 2030 saja, Standard Chartered meramalkan GDP Indonesia akan sebesar USD 10 triliun.

Saya pikir kenyataannya dapat lebih besar karena proyeksi tersebut masih didasarkan asumsi pertumbuhan GDP riil sebesar 6% atau GDP nominal sebesar ~ 10% dan belum memperhitungkan pertumbuhan industri nilai tambah.

Contohnya industri nikel. Berpuluh-puluh tahun lalu kita hanya mengekspor bahan mentah dengan nilai kira-kira USD 350 juta/tahun. Dengan adanya industri di Morowali yang mengolah nikel menjadi stainless steel dan carbon steel menghasilkan sales revenue USD 5 milyar pada 2018 dan diproyeksikan meningkat sampai USD 7 milyar (2019), USD 12 milyar (2020), USD 15 milyar (2024).

Ini adalah model yang saat ini kita kembangkan. Peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi bahan mentah seperti bijih nikel menjadi produk bernilai tinggi seperti stainless steel dan carbon steel. Padahal kita belum bicara produk-produk turunan lainnya seperti baterai lithium ataupun industri serupa di kawasan lain.

Proyeksi 2024-2045

Saya yakin ekonomi kita dapat tumbuh 7% di 2024, syaratnya kita telah meletakkan dasar-dasar ekonomi yang kuat dalam 5 tahun kedepan. Setelah itu ekonomi dapat lebih cepat bertumbuh kalau sejak 2029 kita bisa memelihara pertumbuhan di angka 9% – 10% selama 20 tahun ke depan.

Dengan demikian, di tahun 2045 kita pasti bisa keluar dari middle income trap. Di saat itu tinggal kita dorong sedikit untuk Indonesia dapat masuk ke dalam kelompok negara maju.

Syarat

Saya sangat optimis dengan kemajuan Indonesia. Syaratnya, kita harus bisa berkonsentrasi membangun SDM, infrastruktur dan harmonisasi peraturan-peraturan yang selama ini masih tumpeng tindih. Untuk itu diperlukan stabilitas nasional di mana Pancasila sebagai ideologi Bangsa tidak boleh lagi dipertanyakan.

Tantangan

Pertama-tama harus disadari bahwa sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan potensi terdisintegrasi.

Maka tantangan pertama adalah bagaimana merawat persatuan dan kesatuan. Termasuk melindungi diri dari kelompok – kelompok yang ingin mengubah Pancasila sebagai dasar negara.

Tantangan kedua adalah kemajuan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk merusak jalan pikir manusia, utamanya dalam menyebarkan hoax.

Yang ketiga adalah comfort zone yaitu kelompok-kelompok yang menikmati ketidakteraturan dan kemudian menjelma menjadi musuh pemerintah ketika efisiensi ditegakkan.

Sedangkan tantangan lain yang bersifat eksternal adalah ketidakpastian kondisi global. Contohnya perang dagang Amerika dengan Tiongkok.

Solusi Prioritas

Penataran P4 mutlak harus dibuat dalam konteks kekinian, dan menyentuh semua kelompok, dari PNS, anggota DPR/DPRD, sampai ke pelajar SMP-SMA dan mahasiswa

Solusi lain yang sedang dikerjakan pemerintah adalah harmonisasi peraturan perundang-undangan. Sehingga dapat mendukung implementasi 16 paket kebijakan ekonomi yang sudah diluncurkan.

Ke depannya juga akan dilakukan mitigasi untuk penyalahgunaan media sosial supaya tidak dimanfaatkan oknum perusak Bangsa.

Faktor Kunci

Kunci sukses kemajuan Indonesia terletak pada faktor leadership. Kita beruntung sekarang memiliki Presiden Jokowi yang membangun ekonomi, SDM, menjaga persatuan dan kesatuan, merakyat, mau mendengar, dan tanpa bisnis pribadi yang terkait pemerintah.

Berdasarkan pengalaman saya selama terlibat di dalam pemerintahan, tidak ada yang susah selama pemimpin tidak ada kepentingan pribadi.

Oleh karena itu presiden pada 2024 haruslah setipe dengan Pak Jokowi. Kalau tidak negara ini akan kembali lagi diurus secara bussines as usual. Dan sudah saya sarankan kepada Presiden bahwa sosok pemimpin masa depan ini harus mulai dipersiapkan sejak sekarang.

Indikasi Keberhasilan

Satu indikasi bahwa kita mampu mengelola dan menangani berbagai persoalan dengan baik adalah keberhasilan kita melaksanakan Pemilu 2019.

Indonesia sebagai negara demokrasi nomor satu dunia telah sukses menyelenggarakan pemilu hanya dalam 1 hari dengan tingkat partisipasi yang diperkirakan mencapai 80,9%. Jika betul sebanyak itu maka artinya terdapat sekitar 156 juta WNI yang menggunakan hak suaranya dari 192.866.254 orang yang terdaftar (data DPThp 3 dari KPU).

Jumlah pemilih di Amerika Serikat saja tidak sebanyak itu. Dari 224.059 warga yang telah terdaftar untuk memilih di 2016, hanya 61,4% atau setara 137.537.000 orang yang berpartisipasi (Data United States Cencus Bureau).

Data dan laporan para pemantau internasional juga tidak menunjukkan adanya pelanggaran yang berarti selama proses.

Saya percaya tidak ada tantangan yang tidak bisa diselesaikan selama kita mau melihat dengan cermat dan jernih.

Termasuk dalam menerima hasil perhitungan KPU di tanggal 22 Mei nanti yang saya percaya akan berlangsung damai.

Sebagai penutup, Indonesia bisa maju atau tidak di tahun 2045 tergantung kita semua mau berpikir jernih atau tidak.

Kalau kita kompak, saya percaya pasti bisa.

Dikutip dari akun FB @luhutbinsar.pandjaitan
Link:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2704467359627021&id=555667907840321