Saran untuk PT Dirgantara Indonesia
Produksi N219 dan N245 dikaitkan dengan pengembangan kemampuan untuk :- Produksi berbagai komponen pesawat terbang
- Penyediaan jasa pemeliharaan pesawat terbang beserta seluruh peralatannya.
- Pengembangan pesawat terbang,
- Pembuatan komponen pesawat terbang,
- Pemeliharaan pesawat terbang.
Perlunya pemahaman dampak persaingan Aircraft Manucature dalam merebut pangsa pasar
Penetapan bahwa untuk sektor industri kedirgantaraan yang harus dilakukan adalah focus terhadap pengembangan pesawat terbang, produksi komponen pesawat terbang dan pemeliharaan pesawat terbang, adalah sudah sangat tepat. Namun perlu pertimbangan yang tepat dalam pelaksanaannya, yang utama adalah pertimbangan laju perkembangan teknologi pesawat terbang di berbagai Aircraft Manufactures di negara-negara besar yang akhir-akhir cukup significant perkembangannya dalam persaingan dalam memperebutkan pasar. Sudah sangat sering kita mendapatkan berita yang berkaitan dengan persaingan antara Boeing dengan Airbus (dan untuk itu kita semua juga sudah sangat paham apa yang terjadi dengan persaingan “hidup dan mati” antara Boeing dan Airbus). Namun yang perlu mendapatkan perhatian adalah dampak sehubungan dengan menculnya perkembangan produksi pesawat terbang berteknologi super tinggi yang dilakukan oleh China dan Rusia. Sebagai gambaran China memproduksi C929 yang dikembangkan bersama United Aircraft Corp dan Commercial Aircraft Corporation of China Ltd (COMAC), tujuannya tidak lain adalah untuk menantang dominasi Boeing dan Airbus di segmen pesawat berbadan lebar seperti Boeing 777. Disamping itu COMAC juga meluncurkan pesawat dengan ukuran lebih sempit yang berkapasitas 158-174 tempat duduk yang dikenal dengan C919, ditujukan sebagai pesaing Boeing 737 dan Airbus A320. Di lain sisi Rusia juga turut menantang Airbus dan Boeing dengan mengeluarkan Irkut MC-21. Pesawat jet dengan mesin kembar itu dilengkapi dengan teknologi super yang mengakibatkan pesawat terbang ini lebih murah, lebih efisien, dan lebih cepat, serta ramah lingkungan. Memang dari segi emisi, seluruh tipe MC-21 diyakini 20% akan lebih ramah lingkungan dibanding pesaingnya, Boeing dan Airbus. Upaya China dan Rusia tentunya tidak akan berhenti sampai disini saja. Dua negara berkembang yang memiliki dana berlimpah ini pasti akan berusaha keras untuk memajukan industri pembuatan pesawat terbang dengan lebih peningkatan kemampuan tehnologi pesawat terbang. Dan di lain sisi dengan munculnya China dan Rusia sebagai pesaing baru, maka Boeing dan Airbus tentunya juga tidak menutup mata untuk ini. Kesimpulan; para aircraft manucatures untuk memenangkan persaingan terutama dalam marketing, upaya yang dilakukan dititikberatkan pada kemampuan penguasaan teknologi yang bertujuan agar produk menjadi lebih murah, lebih efisien, lebih cepat, serta ramah lingkungan. Untuk itu dapat dibayangkan betapa majunya teknologi dalam produksi pesawat terbang pada saat ini. Apa yang seyogyanya dilakukan di Indonesia Sehubungan dengan fakta tersebut diatas, maka kebijaksanaan Pemerintah untuk fokus dalam Pengembangan pesawat terbang haruslah mempertimbangkan fakta tersebut. Jangan sampai kebijaksanaan ditetapkan secara lineair sehingga mengakibatkan Aircraft Manufacture di Indonesia terjebak dalam persaingan tersebut. Untuk itu upaya untuk memacu pengembangan kemampuan industri aircraft component dan kemampuan Aircraft Maintenance, adalah merupakan keputusan yang sangat tepat dan benar. Apalagi hal tersebut juga telah didukung oleh Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) yang menetapkan industri alat peralatan transportasi merupakan salah satu industri andalan. Kebijakan pengembangan SDM penerbangan terutama dalam penguasaan kemampuan desain dan aircraft engineering serta aircraft maintenace, dengan tidak melupakan kemampuan dalam penyusunan regulasi yang diperlukan untuk mendukung program tersebut dapat meraih pasar intetnasional. Dengan demikian kiranya sudah cukup bijaksana apabila PT.Dirgantara Indonesia mengembangkan produksi pesawat terbang terbatas sampai dengan N245 saja yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan apabila memungkinkan juga untuk memenuhi kebutuhan global, karena untuk mengembangkan pesawat terbang yang lebih besar akan menghadapi persaingan dengan Aircraft Manufacture di negara-negara raksasa, yang sarat dengan kandungan teknologi tinggi dan diwarnai juga dengan Cut Troath Competition, kiranya dalam hal ini cukup sulit bagi Indonesia untuk dapat ikut berkompetisi. Dalam kondisi seperti sekarang ini kiranya upaya untuk meningkatkan kemampuan produksi komponen pesawat terbang dan pemeliharaan pesawat terbang harus dijadikan primadona dalam pembangunan kemampuan PT.Dirgantara Indonesia, karena hal itu merupakan pilihan yang tepat dan benar. Sebagai tambahan perlu kiranya diingat bahwa Kemenperin beberapa waktu yang lalu telah mengukuhkan Asosiasi Industri Komponen pesawat Udara, Indonesia Aircraft and Component Manufacture Association (INACOM) yang anggotanya terdiri dari berbagai industri di bidang metal, karet, plastik, Polyurethane, serta lembaga riset, dan konsultan. INACOM diharapkan mampu mendukung penyediaan komponen untuk pesawat produksi dalam negeri. Selain itu, INACOM juga diharapkan mampu menjadi bagian penting dalam rantai pasok global dalam industri pesawat di dunia.Selama beberapa waktu belakangan ini tentunya INACOM telah turut serta dalam pengembangan beberapa komponen terutama pada program pesawat N219. Diharapkan, pesawat N219 memiliki TKDN sebesar 40 persen dan untuk selanjutnya dapat ditingkatkan dan dengan adanya INACOM dapat bertambah menjadi 60 persen pada tahun 2019. Di sektor jasa pemeliharaan pesawat terbang telah ada Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) yang saat ini beranggotakan lebih dari 35 MRO. Untuk mendukung peningkatan kapasitas MRO sebagai usaha dalam penyerapan pasar dalam negeri, kiranya gagasan untuk mengembangkan Aerospace Park (an integrated and efficient industrial space for aerospace activities) perlu digarap kembali. Dan perlu juga diingat bahwa telah ada Pusat Desain dan Engineering Pesawat Udara atau Indonesia Aircraft Engineering Center (IAEC) di Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN. IAEC diharapkan mampu mengisi sektor desain dan engineering dalam pengembangan pesawat maupun komponen sehingga dapat memperbaiki kualitas produk pesawat dan komponen di masa depan. Kesimpulan dan penutup Kita semua harus optimis terhadap masa depan PT.Dirgantara Indonesia dengan berbagai inovasi dan improvement yang selama ini telah dilakukan. Perlu lebih ditekankan bahwa kegiatan R & D harus tetap dilakukan secara continue dengan tujuan untuk menyesuaikan produk dengan kebutuhan pelanggan terutama pelanggan dalam negeri termasuk juga untuk kebutuhan TNI/Polri. Dengan demikian pola customized tetap harus dilanjutkan secara konsisten, disinilah PT.Dirgantara Indonesia akan dapat mengoptimalkan jenis produk yang sudah ada dan kemudian melakukan kustomisasi sesuai dengan pesanan pelanggan. Tujuannya tidak lain agar domain design, product dan market akan saling interfacing. Diakui bahwa upaya membangun kembali industri strategis khusus dibidang Aircraft Manufacture diperlukan dukungan yang bersifat multidimensional. Kemampuan, innovasi dan konsistensi para karyawan beserta seluruh jajaran direksi saja tentunya tidak mencukupi. Dukungan dan political will dari pemerintah secara tepat dan benar dalam upaya membantu dalam berbagai aspek mutlak diperlukan. Apabila itu dapat dilaksanakan seara terpadu maka PT.Dirgantara Indonesia sebagai industri kebanggaan nasional akan dapat benar-benar diwujudkan. Marsekal Pertama TNI (Purn) Juwono Kolbioen mantan Komisaris PT DI periode tahun 2002-2006.