Indonesiannews.co / Jakarta, 31 Mei 2018 – Palari Films adalah rumah produksi film yang didirikan pada tahun 2016 di Jakarta oleh dua produser Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy. Produksi mereka yang pertama adalah Posesif (2017), disutradarai oleh Edwin dan memenangkan tiga Piala Citra di Festival Film Indonesia untuk kategori Sutradara Terbaik, Aktris Terbaik, dan Aktor Pendukung Terbaik. Film tersebut mendapat ulasan bagus di berbagai media besar Indonesia seperti Tempo, Kompas, dan Rolling Stone Indonesia. Posesif menempatkan Palari Films dalam lansekap industri film Indonesia. Selain kesuksesan di tingkat nasional, Posesif juga dipilih tayang di Singapore International Film Festival 2017, Hong Kong International Film Festival 2018, Osaka Asian Film Festival 2018, dan CinemAsia Film Festival 2018 di Amsterdam. Setelah sukses merilis film perdana mereka Posesif, Palari Films siap merilis film terbaru yang direncanakan akan tayang September 2018. Skrip singkat; Aruna dan Lidahnya adalah film persahabatan dan kuliner yang dibalut intrik dan konspirasi. Keempat teman tersebut berada dalam sebuah road trip yang mengubah mereka menjadi pribadi yang lebih dewasa. Lika liku kehidupan mereka yang berumur 30an dipotret dalam sebuah kisah dengan ragam rasa yang diarahkan oleh Edwin dan ditulis oleh Titien Wattimena dengan produser Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy. Diadaptasi lepas dari novel karangan Laksmi Pamuntjak, film Aruna dan Lidahnya mengikuti perjalanan Aruna yang dikisahkan berumur pertengahan 30, bahagia sebagai seorang single. Ia adalah ahli wabah yang mempunyai passion utama: makan. Ia berpikir dan terobsesi tentang makanan setiap harinya. Suatu kali, Aruna ditugaskan untuk menginvestigasi kasus flu burung yang merebak di beberapa tempat di Indonesia. Ia membawa kedua temannya seorang koki profesional Bono yang ingin menemukan resep-resep autentik kuliner Indonesia, dan kritikus kuliner Nad yang hendak menulis buku. Mereka berkeliling bersama untuk mengeksplorasi masakan nusantara. Film akan dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo, Oka Antara, Hannah Al Rashid, dan Nicholas Saputra. Dalam perjalanan, Aruna bertemu dengan Farish mantan teman kantornya dahulu yang diam-diam memantaunya. Selain menawarkan kekayaan kuliner seperti yang tercantum di bukunya, film ini juga menyuguhkan kisah persahabatan melalui hubungan Aruna yang polos dan sederhana, Bono yang santai dan selalu mencoba hal baru, serta Nad sang petualang yang elegan. Ketiganya disatukan oleh kesukaan mereka terhadap makanan. Sedangkan Farish yang memandang makanan dengan praktis memberi warna berbeda bagi kumpulan kecil ini. Aruna bersama teman-temannya berkeliling ke empat kota untuk melakukan investigasi sekaligus mencicipi masakan khas di daerah tersebut. Kota-kota yang dikunjungi adalah Surabaya, Pamekasan (Madura), Pontianak, dan Singkawang. Seiring dengan kisah penyelidikan, terungkap pula banyak hal lainnya yang menambah bumbu dinamika cerita dalam film. Film ini menangkap persahabatan dewasa dan juga problematikanya. Produser Muhammad Zaidy mengatakan kalau film ini akan memberikan sesuatu yang berbeda dari film Indonesia lainnya, “Film ini menampilkan perjalanan kuliner nusantara yang sangat menarik, selain itu juga karakter-karakternya berusia 30 tahunan, rentang umur yang jarang ditampilkan kisahnya di perfilman Indonesia. Film ini juga dipenuhi dengan obrolan-obrolan seputar kehidupan, profesi para karakternya, dan juga urusan percintaan yang banyak dibicarakan di meja makan.” Lebih lanjut Meiske Taurisia yang juga menjadi produser untuk film Aruna dan Lidahnya menambahkan, “Menjadi dewasa itu gampang-gampang susah. Terkesan gampang karena dianggap sudah mandiri, padahal susah karena masih berusaha mengejar mimpi. Setelah melalui lika liku problematikanya, ternyata hal yang paling sulit itu justru mengakui kebutuhan dan kapasitas diri sendiri. Karena itu film ini bercerita lewat konflik pribadi, persahabatan dan pekerjaan yang disajikan dalam bentuk drama romantis.” Film disutradarai oleh Edwin dengan skenario ditulis oleh Titien Wattimena. Keduanya merupakan teman lama yang dipertemukan kembali dalam proyek ini. Ini adalah film kedua Edwin yang merupakan adaptasi dari karya sastra. Sebelumnya ia pernah menggarap film Someone Wife in the Boat of Someone’s Husband yang merupakan adaptasi dari cerita pendek Seno Gumira Adjidarma Cinta Di Atas Perahu Cadik. Film ini juga akan menandai fase baru dalam kreativitas Edwin di mana film ini akan banyak menampilkan dialog di antara para karakternya, “Film ini bukan hanya tentang makanan, tapi juga tentang manusia. Fokus utamanya adalah hubungan para karakternya juga bagaimana mereka menemukan diri sendiri. Saya memang ingin mencoba menampilkan manusia-manusia yang berbicara dengan sesamanya, mengekspresikan perasaannya lewat bahasa dan kata-kata. Film Aruna dan Lidahnya memang berbeda dengan film-film saya lainnya,” jelas Edwin. Empat aktor aktris dipertemukan untuk menerjemahkan karya tulisnya ke dalam bentuk ekspresi yang nyata. Dian Sastrowardoyo dipilih sebagai Aruna, Oka Antara menjadi Farish Hannah Al Rashid memerankan Nad, dan Nicholas Saputra yang kebagian peran Bono. Semuanya punya karakter yang berbeda dan menimbulkan kekayaan tersendiri dalam hubungan antar tokohnya. Bagi Dian, “Film ini adalah sesuatu yang dia idamkan sejak lama. “Belakangan film saya serius terus, pengen main yang mendekati drama komedi modern. Saya juga sudah lama ingin bekerja sama dengan Edwin. Ingin tahu bagaimana caranya bekerja,” katanya mengenai alasan dia memilih proyek ini. Di film Aruna dan Lidahnya, Dian bertemu kembali dengan kolega lamanya Nicholas Saputra. Ia melihat pertemuan mereka kembali bisa menjadi kesempatan untuk memperkenalkan hubungan aslinya dengan Nicholas di dunia nyata. “Saya senang bisa bekerja sama dengan Nico. Karena sebenarnya kami temenan seru dan geblek. Sesuatu yang jarang diekspos. Di film Aruna dan Bono juga teman dekat. I have to say we’re doing a pretty good job,” jelas Dian. Sepanjang perjalanan syuting, keempatnya yang baru pertama kali berkumpul bersama menemukan banyak kesamaan di diri masing-masing. “Bikin film ini tuh kayak road trip yang seru. Karena kami sering di mobil bareng, lalu memutarkan lagu kesukaan, bicara tentang kehidupan pribadi, ada dua orang tua di produksi film ini yaitu saya dan Oka, ada juga yang single yaitu Nico dan Hannah. Pengalaman yang menyenangkan.” Dalam film Aruna dan Lidahnya, Palari Films bekerja sama dengan GO-STUDIO Original, CJ Entertainment, Phoenix Films dan Ideosource Entertainment, sebagai Executive Producer. Khususnya Phoenix Films, kerjasama telah terjalin sebelumnya dalam film Posesif. Kini Palari Films menjanjikan sebuah suguhan yang menarik dan mempunyai banyak lapisan. Kekayaan rasa kuliner, bercampur dengan suka duka persahabatan menjadi dewasa dalam balutan kisah besar intrik dan konspirasi. Nantikan Aruna dan Lidahnya di September 2018 dan cicipi perjalanan seru empat sahabat dalam mengejar mimpinya. Untuk infornasi lebih lanjut, silahkan hubungi:Palari Films Mengumumkan Produksi Film Terbaru
Berjudul ‘Aruna dan Lidahnya’ Menawarkan Kisah Kuliner dan Persahabatan
Tim Publisis Palari Films
media.palarifilms@gmail.com (YN / indonesiannews.co – Jakarta) Palari Films Mengumumkan Produksi Film Terbaru
Berjudul ‘Aruna dan Lidahnya’ Menawarkan Kisah Kuliner dan Persahabatan