Indonesiannews.co – Film 27 Steps of May tayang di bioskop-bioskop Indonesia mulai 27 April 2019.

Film ini disutradarai oleh Ravi Bahrwani, sedangkan skenarionya ditulis oleh Raya Makarim.

27 Steps of May menceritakan tentang May (Raihaanun) yang menjadi korban pemerkosaan Kerusuhan Mei 1998. Ayahnya (Lukman Sardi) menjadi petinju untuk menyalurkan emosi akibat trauma dari kerusuhan tersebut.

Film yang dibintangi oleh Raihaanun, Lukman Sardi, Ario Bayu, dan Verdi Solaiman ini sudah pernah tayang di beberapa festival film, di antaranya Busan International Film Festival, A Window on Asian Cinema (Oktober 2018), Seleksi resmi Cape Town International Film Market and Festival (Oktober 2018), Jogja-Netpac Asia Film Festval 13. Golden –Silver Hanoman Award (November 2018).

Sinopsis
May (Raihaanun) berjalan pulang dari pasar malam. Kala itu usianya baru 14 tahun. Sendirian, dengan seragam sekolah yang masih menempel di badan. Raut mukanya menampilkan kegembiraan usai menikmati wahana perahu kora-kora.

Ketika melewati area sepi, sekelompok pria berbadan besar tiba-tiba menyergapnya masuk ke sebuah gudang. May kalah, meski sudah berusaha sekuat tenaga untuk meloloskan diri.

Kedua tangan dan kakinya diikat ke kaki-kaki meja tempat May dibaringkan paksa. Setelah menjalani penyiksaan—bak sebentuk pemanasan—May kemudian diperkosa secara bergantian oleh para pelaku.

Sejak malam itu hingga delapan tahun kemudian May tidak pernah mengucap sepatah kata. May bahkan tak mau keluar dari kamar, apalagi rumah, meski rumah tetangganya sedang kebakaran.

Jika bapaknya (Lukman Sardi) memaksa, May akan histeris. May lalu buru-buru mengunci diri di toilet dan mengiris-iris pergelangan tangan dengan selembar silet.

Rutinitas sehari-hari May jalani dengan membuat boneka. Bapak membantu menjualkannya. Tapi Bapak juga tidak bisa menyembunyikan rasa bersalah. Kejadian pahit yang menimpa May ia anggap sebagai akibat karena dirinya tidak mampu menjadi pelindung yang baik bagi sang anak.

Rasa frustasi kemudian ia alihkan ke atas ring tinju amatir dan ajang pertarungan bebas di bawah tanah. Semakin buruk kondisi May, semakin bagus performanya di arena—begitu pula sebaliknya.