Jakarta, Indonesiannews.co

Tidak ada yang tahu kapan pandemi Covid-19 berakhir. Di tengah usaha menurunkan angka positif Covid, jenis varian baru muncul yaitu varian Delta dan Mu. Korban varian Delta begitu banyak dan daya tularnya sangat cepat.

Saat Pandemi Covid-19 ini membuat usaha para pengusaha perikanan menurun dan pada gilirannya para nelayan yang akan mengalami derita tiada akhir.

Masih dalam kondisi terpuruk seperti ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meningkatkan target pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor perikanan menjadi Rp 12 triliun pada 2024. Padahal PNBP sektor ini pada 2020 bernilai Rp 600 miliar.

Saat ini pemerintah sedang menggalakan berbagai kebijakan pengelolaan perikanan, agar berkontribusi meningkatkan PNBP, antara lain dengan dengan menyederhanakan regulasi.

Selain menggalakan PNBP, KKP juga mengembangkan perikanan budidaya dan pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya air tawar, payau dan laut. Dengan meningkatkan kegiatan budidaya, produksi perikanan tangkap akan menurun. Ini berdampak pada pendapatan para nelayan.

Kondisi nelayan di masa pandemi ini sedang terpuruk. Mereka kekurangan bahan baku, akibatnya produksi berkurang dan pendapatan pun berkurang. Perusahaan penangkapan ikan terjun bebas. Di Jawa Timur, sekitar 15.000 karyawan terancam menganggur.

James Then dari Asosiasi Himpunan Fusi Nusantara, mengatakan, saat ini harga ikan turun, pendapatan nelayan berkurang. Mengapa harus menaikkan target PNBP hingga 20 kali lipat padahal saat banyak kapal mengalami kerugian seperti yg telah terjadi pada Perum Perindo yg mengalami kerugian hampir 200 Milyar.
Klu KKP tetap membuat kebijakan yg memberatkan Pengusaha dan nelayan sehingga tak bisa bekerja, Nelayan siap menganggur & mengikat kapal di pelabuhan. Kemudian akan memperjuangkan nasib dengan berunjuk rasa besar-besaran secara Nasional.
Selama ini Eksportir Pengalengan ikan juga mengalami diskriminasi tarif di Amerika yg 12,5% dan Eropa 20,5 % ( Vietnam & Philipina 0 %) sampai saat tidak pernah diperjuangkan Pemerintah.
Bahkan saat ini ada sekitar 200 container ikan & cumi yg export ke China akan ditolak dengan alasan Covid-19.
Yang paling menyakitkan Lagi pada saat ini ada indikasi kapal asing akan masuk kembali ke Indonesia yang sebelumnya sudah ditutup oleh Mantan MKP Ibu Susi Pujiastuti.

“Harapan ada pada Presiden Joko Widodo. Beliau harus turun tangan, melihat kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan,” kata James Then.

Melihat kondisi masyarakat yang susah dan terpuruk, James Then dan sejumlah pengusaha perikanan memberi bantuan 70.000 produk ikan olahan dan 5.000 paket sembako. Bantuan itu diserahkan kepada Polda Metro Jaya lewat Polres Jakarta Pusat guna dibagikan kepada masyarakat terdampak peduli.

James berharap bantuan yang diambil dari CSR perusahaan itu dapat membantu sesama yang sedang bersusah hati karena pandemi. Bantuan itu tak lain ungkapan rasa cinta yang tulus kepada sesama manusia.