KATALOG IFI 2022Hutan Sagu di dunia seluas 6.5 Juta Ha, seluas 5.2 Juta Ha ada di Papua dan Papua Barat
PT. GALIH SAGU PANGAN Dari total hutan sagu di dunia seluas 6.5 Juta Ha, seluas 5.2 Juta Ha ada di Papua dan Papua Barat. Sagu dianggap sebagai makanan pokok oleh penduduk asli Papua yang merupakan sejenis pati yang diekstraksi dari pohon palem yang disebut Metroxylon Sagu. Sagu dapat diolah menjadi berbagai macam masakan lokal seperti papeda, sagu blok, serabi sagu, mie sagu dan masih banyak lagi. PT. Galih Sagu Pangan berhasil mengolah tepung sagu menjadi nasi sagu yang mudah dimasak. Produk tersebut dinamakan Mama Papua, istilah tersebut berasal dari bahasa Papua yang menyebut tanah mereka sebagai “Mama” yang berasal dari filosofi terkenal di seluruh Papua yang mewakili ikatan yang kuat antara perempuan dan alam. “Mama” menunjukkan bahwa hutan memiliki peran yang mirip dengan seorang ibu: merawat, memberi makan, memelihara, dan melindungi manusia. Tekstur Mama Papua menyerupai nasi dan terasa lembut di mulut serta memiliki aroma yang sedap. Mama Papua terbuat dari sagu kualitas terbaik dengan campuran tepung pati sagu dan tepung pati jagung. Air minum yang disaring dengan PH di atas 7 digunakan untuk memproduksi beras sagu Mama Papua untuk memastikan kualitas produk yang tinggi. Ciri khas Beras Sagu Mama Papua adalah tanpa gula dan gluten dengan indeks glikemik (GI) yang rendah dan kadar natrium yang sangat rendah sehingga cocok untuk berbagai kelompok usia. Studi menunjukkan bahwa sagu mengurangi faktor risiko penyakit jantung seperti tekanan darah tinggi, kadar kolesterol dan trigliserida. Mama Papua memiliki delapan varian yang berasal dari Bumbu Nusantara terkenal seperti Nasi Sagu Goreng Pedas, Nasi Sagu Uduk, Nasi Sagu Liwet, Nasi Sagu Bali, Nasi Sagu Kari, Nasi Sagu Balado, Nasi Sagu Kare, dan Sagu Rendang Beras. Varian Rempah Indonesia ini sangat cocok untuk generasi milenial serta mengikuti gaya hidup yang efisien dan modern. Nasi sagu Mama Papua dapat diolah dengan dua cara memasak seperti memasak nasi sagu dengan rice cooker atau dengan cara dikukus menggunakan panci. Nasi sagu tidak memerlukan proses pembilasan karena dibuat dengan standar kebersihan yang tinggi. Perbandingan air yang sempurna dalam memasak nasi sagu adalah 1:1,65 (200gram beras dengan 330 ml air) dan siap dihidangkan dalam waktu sekitar +- 15 menit dan dapat ditambah dengan lauk pauk pilihan anda. Perusahaan kami mendukung program diversifikasi pangan untuk mengatasi krisis kekurangan pangan lokal dan global. Visi perusahaan adalah untuk meningkatkan kesadaran akan beras sagu sebagai alternatif dari jenis makanan pokok lainnya di seluruh dunia yang merupakan pilihan makanan yang lebih terjangkau dan lebih sehat. Misi perusahaan kami adalah untuk mengembangkan beras sagu dan meningkatkan aksesibilitas produk kami kepada masyarakat dan memastikan untuk memasok produk berkualitas tinggi untuk memenuhi permintaan konsumsi sagu sebagai makanan pokok alternatif di seluruh dunia. PT. GALIH SAGU PANGAN Papua and west Papua are responsible for 5.2 million hectares out of 6.5 million hectares of sago forest in the world. Sago is considered a staple food by the Papuan natives which is a type of starch that extracted from the palm tree called Metroxylon Sagu. Sago can be processed into a variety of local dishes such as papeda, sago block, sago pancake, sago noodles and many more. PT. Galih Sagu Pangan has succeeds in processing sago flour into easy-to-cook sago rice. The product is called Mama Papua, the terms come from Papuan which refers to their land as “Mama” which came from the well-known philosophy throughout Papua that represents a strong bond between women and nature. “Mama” indicates that the forest has a similar role to a mother: caring for, feeding, nurturing, and protecting humans. Mama Papua texture imitates rice and feels soft in the mouth and has a pleasant smell. Mama Papua is made from the finest quality sago with a mixture of sago starch and corn starch. Filtered drinking water with a PH above 7 is used to produce Mama Papua sago rice to ensure the high quality of the product. Mama Papua’s main characteristic is no sugar and gluten with a low glycemic index (GI) and a very low sodium level that are suitable for various groups of age. Studies shows that sago reduced the risks factor of heart diseases such as high blood pressure, cholesterol and triglyceride level. Mama Papua has eight variants that are derived from famous Indonesian Spices (Bumbu Nusantara) such as Spicy Sago Fried Rice, Uduk Sago Rice, Liwet Sago Rice, Bali Sago Rice, Curry Sago Rice, Balado Sago Rice, Kare Sago Rice, and Rendang Sago Rice. Our Indonesian Spices variant is suitable for the millennial generation as well as following an efficient and modern lifestyle. Mama Papua sago rice can be prepared by using two cooking methods such as cooking the sago rice in a rice cooker or using the pot steaming method. Sago rice doesn’t require any rinsing process as it is made with a high hygiene standard. The perfect water ratio in cooking the sago rice is 1:1.65 (200gram of rice with 330 ml of water) and will be ready to serve in about +- 15 minutes of cooking added with any side dishes. Our company is supporting a food diversification program to address the local and global food shortage. The company’s vision is to increase the awareness of sago rice as an alternative to other types of staple food around the globe which is a more affordable and healthier food option. Our company mission is to develop sago rice and increase the accessibility of our product to the public and ensure to supply high quality of products to meet the demand for sago consumption as an alternative staple food throughout the world. (***)