Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid; Islam Moderat Ajarkan Cinta Tanah Air, Bukan Radikalisme

 

indonesiannews.co  / Jakarta – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menjadi salah satu narasumber di Forum Pertemuan Alumni Universitas Arab Saudi se-ASEAN dan Asia Pacific Ballroom Hotel Grand Sahid Jakarta, Selasa (10/1). Adapun forum tersebut bertujuan untuk mempertemukan para alumni dari berbagai universitas di Saudi Arabia.

Dalam pertemuan ini, kata Hidayat, beberapa tokoh Islam dunia mulai dari Syaikh Dr. Saleh bin Humaid, Pangeran Dr. Mamdouh bin Saud bin Tsunayyan Al Saud, dan para narasumber lainnya hadir membahas berbagai hal.

“Mereka juga datang dari Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Pertemuan ini membahas beberapa hal penting tentang peran alumni universitas-universitas di Saudi Arabia di kawasan regional dan global,” ujarnya Hidayat Nur Wahid.

 

Para tokoh tersebut, menegaskan bahwa hal-hal yang telah diajarkan di Saudi Arabia dan akan terus disebarkan adalah Islam moderat. Dalam hal ini, mereka akan menyebarkan Islam yang mencintai bangsa dan negara, Islam yang memberikan manfaat bagi umat, kemanusiaan, bangsa dan negara, serta Islam yang rahmatan lil alamin, yang jauh dari segala bentuk terorisme, radikalisme, ekstremisme.

 

“Saya sendiri dalam forum tersebut menyampaikan tentang, bagaimana peran daripada alumni Universitas Saudi Arabia di Indonesia, di dalam menyebarkan moderasi beragama, menyebarkan Islam yang rahmatan lil alamin, mengoreksi semua perilaku beragama yang menjurus kepada takfiri, intoleran, radikalisme ekstremisme, yang tidak diajarkan di Saudi Arabia,” jelasnya.

Anggota Komisi VIII DPR RI dari FPKS ini menyampaikan peran warga Indonesia alumni lembaga pendidikan di Mekah dan Madinah sudah sangat lama, bahkan sejak sebelum Indonesia merdeka. Hal ini ditandai dengan hadirnya beberapa tokoh besar seperti, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim As’ary, KH. Wahab Hasbullah, KH. Mas Mansyur, KH. Agus Salim dan lainnya.

“Nama-nama itu adalah tokoh-tokoh nasional yang belajarnya antara lain di Mekah (Arab Saudi). Mereka belajar dari guru-guru mereka yang juga orang Indonesia yang menjadi ulama di sana yang mengajarkan Islam ahlussunnah wal jamaah. Kepulangan dari belajar, mereka membuat organisasi Islam terbesar seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Mereka memberikan warna yang sangat nyata bahwa Indonesia menjadi negeri yang moderat, bukan negeri yang kemudian diartikan sebagai intoleran, radikal, eksklusif, yang memisahkan agama dan negara. Umat Islam di Indonesia menganut ahlussunnah wal jamaah, aliran besar yang moderat,” tuturnya.

Anggota Komisi VIII DPR RI dari FPKS ini menyampaikan peran warga Indonesia alumni lembaga pendidikan di Mekah dan Madinah sudah sangat lama, bahkan sejak sebelum Indonesia merdeka. Hal ini ditandai dengan hadirnya beberapa tokoh besar seperti, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim As’ary, KH. Wahab Hasbullah, KH. Mas Mansyur, KH. Agus Salim dan lainnya.

“Nama-nama itu adalah tokoh-tokoh nasional yang belajarnya antara lain di Mekah (Arab Saudi). Mereka belajar dari guru-guru mereka yang juga orang Indonesia yang menjadi ulama di sana yang mengajarkan Islam ahlussunnah wal jamaah. Kepulangan dari belajar, mereka membuat organisasi Islam terbesar seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Mereka memberikan warna yang sangat nyata bahwa Indonesia menjadi negeri yang moderat, bukan negeri yang kemudian diartikan sebagai intoleran, radikal, eksklusif, yang memisahkan agama dan negara. Umat Islam di Indonesia menganut ahlussunnah wal jamaah, aliran besar yang moderat,” tuturnya.

 

Wakil Ketua Majelis Syura PKS ini menambahkan semua upaya para tokoh besar di zaman pra kemerdekaan tersebut terus berlanjut hingga di awal kemerdekaan. Ia menyebut peran tersebut kemudian dilanjutkan oleh para alumni dari Saudi Arabia yang belajar di Makkah, Madinah, Riyadh dan lainnya.

 

Dikatakan, para alumni ini kemudian berperan di masyarakat mulai dari menjadi Ketua NU, Ketua Muhammadiyah, membuat organisasi Islam baru, mendirikan sekolah dan ponpes, menjadi guru besar, ulama, ustaz, hingga penceramah di televisi, radio, dan masjid-masjid kampung. Bahkan, lanjut HNW, banyak di antara mereka berkiprah di dunia politik dan berhasil dipercaya menjadi pimpinan MPR, menteri, duta besar, pimpinan DPRD, kepala daerah dan lainnya.

 

“Pada intinya adalah tidak mungkin mereka berada dalam posisi pimpinan lembaga kenegaraan, dan dipercaya rakyat dan negara di posisi terhormat seperti itu. Jika mereka menyebarkan Islam yang intoleran, tidak moderat, apalagi radikal, takfiri, dan tidak mencintai bangsa dan negaranya. Dari mana mereka belajar nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin itu?, ya dari berbagai lembaga pendidikan/perguruan tinggi di Saudi Arabia. Pembahasan seperti ini penting, kita bisa mendengar dan mengetahui ternyata, semuanya menuju arah yang sama bahwa alumni Saudi Arabia di berbagai negara, menerapkan Islam yang moderat, Islam yang mencintai tanah airnya, Islam yang tidak mengkafir-kafirkan,” katanya.

 

Hidayat Nur Wahid berharap forum ini dapat ditindaklanjuti dengan forum-forum lainnya karena memiliki banyak manfaatnya. Pertama, forum semacam ini dapat mendorong umat Islam semakin banyak mengetahui bahwa Islam mampu menghadirkan moderatisme dan mengoreksi segala bentuk ekstrimisme.

 

“Kedua, bukan hanya di Indonesia saja pertemuan ini penting digelar. Di negara-negara lain tempatnya para alumni, juga penting diselenggarakan. Sehingga dengan demikian, akan semakin terbuktilah bahwa para alumni Saudi Arabia dari berbagai negara di dunia, menyebarkan paham yang sama yaitu paham Islam yang moderat, Islam yang bukan teroris radikalis, tapi Islam yang menghadirkan rahmatan lil alamin, yang cinta bangsa dan negaranya, serta memajukan peradaban dunia,” pungkas Hidayat Nur Wahid.

 

Sebagai informasi, pertemuan ini dihadiri tokoh-tokoh Islam dunia yakni, Imam dan Khatib Masjidil Haram Syaikh Dr. Saleh bin Humaid dan Rektor Universitas Islam Madinah Pangeran Dr. Mamdouh bin Saud bin Tsunayyan Al Saud. Juga hadir tokoh-tokoh Alumni Universitas di Saudi Arabia dari kawasan ASEAN dan Asia Pasifik yang menjadi tokoh Ulama atau pejabat publik.

 

Hadir pula Dubes Arab Saudi Syekh Esam bin Ahmed Abed Al-Thagafi, Ketua Alumni Saudi Arabia se-Indonesia KH. Bachtiar Nasir dan para alumni perguruan tinggi di Arab Saudi.

Dilansir dari detik.com

(***)