PKB gelar Diskusi Publik dengan Tema “Imlek dan Sejarah Kelam Diskriminasi di Indonesia”
Diskusi Publik “Imlek dan Sejarah Kelam Diskriminasi di Indonesia” di Kantor DPP PKB, Jakarta
Indonesiannews.co / Jakarta, 20 Januari 2023. Jelang Imlek, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adakan Diskusi Publik dengan tema “Imlek dan Sejarah Kelam Diskriminasi di Indonesia”, Acara berlangsung di Kantor DPP PKB, Jalan Raden Saleh, No.9, Jakarta Pusat. Jum’at (20/1/2023). Dalam Diskusi Publik tersebut turut hadir, para narasumber, Mikhael Sinaga selaku Juru Bicara (Jubir Milenial) Dewan Pimpinan Pusat (DPP PKB), Hasan Karman selaku Ex Walikota Singkawang Periode (2027/2011, Azmi Abubakar (Aktivis HAM) dan juga selaku Pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, Daniel Johan, anggota DPR RI PKB perwakilan dari Kalimantan Barat. Fuidy Luckman B.Sc., S.H., MBA., MM, sebagai Ketua Departemen Sumber Daya Hayati DPP PKB turut angkat bicara perihal diadakannya Diskusi ini, tujuan diadakannya Diskusi Publik dengan tema “Imlek dan Sejarah Kelam Diskriminasi di Indonesia” adalah, hanya untuk mengingatkan saja kepada generasi muda. Karena banyak generasi muda yang sudah lahir di tahun 2000 keatas tidak akan ada terjadi lagi perpecahan antar etnis keturunan dengan warga pribumi, karena adanya perbedaan,” jelas Fuidy. Perbedaan agama, suku, budaya, dan sebagainya adalah, bagaimana anak-anak Milenial harus mampu meng-artikan sebagai keindahan saja. Dalam konteks kepeminator memang itu yang terjadi di Indonesia, dan dimana-mana di seluruh dunia. Kita harus tetap dewasa dalam menyikapinya, kita harus makin cerdas, makin maju, sehingga kita bisa menjadi bangsa yang kuat,” lanjut Fuidy di depan para awak media. “Nah seperti yang kita ketahui bahwa, ketika menjelang tahun politik ini biasanya isu-isu syara sudah mulai bermunculan. Sebagai tindakan negara yang nyata, memperlakukan semua warga negara kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik. Tetapi secara fakta beberapa hal terjadi dibawah pemerintah dan masyarakat,” lanjutnya. “Harapan saya perbedaan yang ada di Indonesia tidak dijadikan sebagai alat untuk membeda-bedakan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya, agama yang satu dengan agama yang lainnya, budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. “Jadi bagaimana kita mau maju, sedangkan kita saja tidak mau bersatu dan hidup berdampingan,” tutup Fuidy di hadapan para awak media saat konprensi Pers nya di DPP PKB Jakarta. (***)