Ali Kusno Fusin own the Linda Gallery, 33 option, dan L Project dukung Penggalangan Dana Harry Darsono Foundation dan Perkembangan Seni di Indonesia
Indonesiannews.co / Jakarta, 30 April 2023. – Harry Darsono Gelar Pameran Lukisan bersama 4 Pelukis Indonesia melalui Harry Darsono Foundation, yang telah berdiri sejak tahun 1979, yang didirikan di Oxford, England), dalam rangka penggalangan dana untuk panti asuhan, penderita autis, dan masyarakat yang kurang mampu, bertempat di Tugu Kunstkring Paleis, Jln.Teuku Umar 1 Menteng – Jakarta, selama bulan April 2023.
Pameran Lukisan dihadiri oleh tamu-tamu undangan dari berbagai kalangan, antara lain dari;
- ▪︎Para Duta Besar
- ▪︎Kamar2 Dagang &
- ▪︎Industri
- ▪︎Philanthropists
- ▪︎Para Kolektor Seni
- ▪︎Kolektor Haute Couture
- ▪︎Sport Car Club
- ▪︎Antique Car Club
- ▪︎Harley Davidson Club
- ▪︎Bugatti Motor Club
- ▪︎Ducatti Motor Club
- ▪︎Asosiasi Profesi
- ▪︎dll
Dan puncak acara (penutupan), dilaksanakan pada Minggu, 30 April 2023, pkl.15.00 wib s/d selesia.
Harry Darsono bersama 4 pelukis Indonesia dan para seniman serta pendukung dan penggiat seni berkolaborasi melakukan penggalangan dana untuk panti jompo dan panti autis dalam moment Ulang Tahun Harry Darsono.
“Kami disini para pelukis dalam rangka merayakan hari ulang tahunnya Pak Harry Darsono, sebagai salah satu fashion designer, tapi selain ulang tahun itu ada maksud dan tujuan untuk menggalang dana untuk membantu teman yang tidak beruntung, autis, panti jompo dsb, ada 11 titik sasaran Panti Autis dan Panti Jompo yang akan kami tuju untuk menerima dana yang kami kumpulkan, dan mereka memiliki foundation yang bisa diharapkan, yang telah berdiri sejak tahun 1979 dengan nama Harry Darsono Foundarion, beliau sebagai pendirinya,” ujar Gaby.
“Lukisan yang kami tampilkan disini, ada kurang lebih 50 lukisan, kami ada 4 pelukis (Gaby Anitha Gobel dari Jakarta secara otodidak, Syis Paindow dari Tangsel dari akademik IKIP Makassar, Ghanyleo dari Tangsel, dan Beda Sudiman dari seni di SSRI/SMSR Yogyakarta). Yang telah mendalami seni lukis melalui prose akademik dan otodidak dengan berbagai akademis.
“Harry Darsono sebagai designer papan atas, telah mempunyai pengalaman-pengalaman pameran baik ditingkat nasional dan internasional, diantaranya Belanda, Greek, Yogyakarta, Jakarta, Seoul Korea, Perancis, dan Malaysia, dll. Saat ini foundation bergerak untuk penggalangan dana, melalui lukisan, meskipun karya seni bukan hanya lukisan yang telah di pamerkan, ada live music, fashion show, dan lain lain oleh Harry Darsono,” lanjut Gaby.
Ali Kusno Fusin sebagai Owner and CEO MOCA museum of contemporary art, loewen road, Singapore, Pemilik Linda Galeri, Owner City Loft Database, 33 option, dan L Project online, hadir untuk mendukung penggalangan dana dan turut bekerja di dunia seni mengatakan; “Saya ingin karya seni di Indonesia bisa berkembang terus, bukan hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Karena terus terang saya dulu “disclaimer”, saya lebih banyak bicara soal pasar,” ujar Ali Kusno.
“Jadi, pasar di Indonesia ini, jika dibandingkan dengan seluruh dunia itu kecil, oleh sebab itu, jika kita mau maju, jangan hanya di sini (Indonesia), kita harus keluar, seperti apa yang sudah dilakukan oleh China dan India, berbeda dengan Eropa dan Amerika yang sudah berpengalan lama di dunia seni, mereka bukan hanya di market lokal tapi sudah di market global. Jadi, kita di Indonesia harus pikirkan market global mulai sekarang,” tegas Ali Kusno.
“Kita akui bahwa dalam industri seni yang sudah 13 tahun ini, perkembangan pasar seni di Indonesia tidak begitu pesat. Tapi saya yakin dalam waktu dekat ini akan maju, akan “meledak” istilah nya,” lanjut Ali Kusno.
“Sampai hari ini, Indonesia masih mengandalkan pasar lokal, jadi kita harus keluar. Karena, kita sudah di salib sama Thailand, kita di salib sama Philippines, terakhir kita di salib sama Vietnam, sedih… sangat-sangat menyedihkan,” ujar Ali Kusno.
“Tapi tidak apa-apa, waktunya sudah sampai, dalam waktu 1 s/d 2 tahun kedepan ini saya yakin bahwa kita akan menyalib yang lain,” lanjutnya.
“Dan belum banyak (istilahnya) pemain kita, atau aktifis pasar yang ada di LN (terbatas),” lanjut nya.
“Dan kita juga belum memanfaatkan teknologi yang ada, maka nya saya membuat L Project yang sudah online (website/aplikasi), yang dapat dilihat masyarakat online di seluruh dunia bisa melihat,” ujar Ali Kusno.
“Karena, jika karya seni tidak online, hanya melakukan pameran di gallery, maka yang melihat hanya orang yang ada di kota itu, dan jika sudah online maka bisa langsung transaksi. Kita tidak bisa mengabaikan teknologi,” tegas Ali Kusno.
Harapan saya untuk pemerintah, agar dapat membangun infrastruktur, di bidang seni, dalam hal pembangunan museum dari anggaran APBN sebear 1 %, maka di setiap Provinsi ada museum nya, di setiap Kabupaten ada museum, di setiap Kotamadya ada museum, selanjutnya setelah sudah ada museum, kemudian memberikan dana untuk beli seni-seni yang didaerah masing-masing, saya rasa itu jauh lebih baik, karena bisa berkepanjangan dan ada bentuk fisik sebagai asset pemerintah,” ujar Ali Kusno.
“Jika nanti yang beli hasil seni, orang LN. Setelah 20 tahun kemudian, nilai nya sudah naik, maka jika kita hendak membeli kembali maka bisa naik harga nya menjadi 100 kali lipat. (Karena harga nilai seni tidak ada nilai nominalnya). Atau, koleksi-koleksi karya seni Indonesia berada di LN semua, jadi saya himbau Pemerintah untuk membangun museum sebanyak-banyaknya, paling tidak, jika artis art Indonesia bisa punya tempat untuk pameran,” ujar Ali Kusno.
Terkait dengan pembajakan karya seni.
“Kembali ke teknologi, bahwa sekarang ada blockchain, dan saya sudah buat flatform market mrt, namanya mrtone.io blockchain,” tegas Ali Kusno.
“Dengan blockchain, sudah tercatat dengan teknologi, pemusik bisa jual secara online dan tidak bisa di copy orang lain,” ujar nya .
“Dan kepemilikan nya juga tercatat pakai blockchain, jadi sudah saatnya pemusik bangkit lagi, untuk bisa menjual musiknya melalui blockchain,” saran Ali Kusno.
“Karena, kalau bikin CD, dijual hari ini, besok di Pancoran sudah keluar bajakan. Jadi pakai teknologi blockchain, coba lihat di mrtone.io sudah saya siapkan untuk menjawab masalah ini. Jadi bukan hanya musik, video, photographs, termasuk digital arts, karena saya yakin dikemudian hari nanti digital arts akan berkembang di Indonesia,” lanjut Ali Kusno.
“Hal ini tidak mereplace yang ada / tidak menghilangkan yang ada, tapi untuk membentuk pasar baru,” tutup Ali Kusno Fusin pada para awak media di lokasi pameran di Tugu Kunstkring Paleis, Jln.Teuku Umar 1 Menteng, Jakarta.
(***)