Indonesiannews.co / Saat ini kita berada pada “DEKADE OTAK”, terjadi berbagai perubahan, termasuk “tuntutan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, juga berubah secara mendasar”. Paradigma baru mengenai kepemimpinan dewasa ini menyangkut peran pemimpin. Bukan lagi mengenai apa yang dimaksud dengan pemimpin. Peran utama seorang pemimpin adalah membuat orang yang dipimpin, atau pengikutnya (followers), mampu berkembang untuk menjadi pemimpin juga. Bila peran utama itu tidak mampu dilakukan maka kualitas kepemimpinannya tidak memenuhi tuntutan persaingan dewasa ini. Timbul pertanyaan, kalau semua pengikutnya telah menjadi pemimpin maka apa nama pemimpin yang mampu membuat pengikutnya menjadi pemmpin ?.. Pemimpin yang seperti itu disebut sebagai Pemimpin Super (Super Leader).
Kiranya perlu dibedakan secara jelas sejak awal pengertian antara pimpinan dengan pemimpin. Pimpinan belum tentu seorang pemimpin. Seorang menjadi pimpinan karena “yang berkuasa pada saat itu mengangkat/menempatkan dia untuk memimpin suatu tugas/pekerjaan. Sedangkan pemimpin memperoleh dan menerima pengakuan dari orang lain yang tidak harus dari yang berkuasa. Pemimpin tentu mempunyai pengikut (followers) dan mereka itu tidak harus bawahannya. Sedangkan pimpinan mempunyai bawahan/anak buah, tetapi bukan pengikut. Karenanya dapat dikatakan Pimpinan diangkat oleh “yang berkuasa” sedangkan PEMIMPIN diangkat oleh “Yang Maha Kuasa”.
KONDISI SAAT INI
Dalam menghadapi persaingan pada saat ini dituntut adanya suatu kerja sama tim (teamwork). Untuk itu pemimpin masa kini haruslah pemimpin yang mampu memimpin suatu kerja sama tim (teamwork leadership). Bukan lagi sebagai pemimpin yang hanya berada dalam posisi “mengatur” , “memotivasi” terhadap “anak buahnya”, bahkan, tidak juga pemimpin yang hanya berupaya membangun partisipasi dari orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin masa kini adalah, pemimpin yang mampu membangun keterlibatan yang tinggi dari timnya (high-involvement team leadership).
Kerja sama tim yang dimaksud disini adalah kerja sama peran (role teamwork). Orang-orang bergabung dalam tim, didasarkan pada pertimbangan jenis dan tingkat kompetensi (Konwledge, skill and attitude) yang dimiliki oleh setiap individu yang menjadi anggota tim yang diperlukan agar kerjasama tim dapat berhasil dengan baik. Dalam kerja sama peran, pemahaman secara mendalam antarsesama anggota tim merupakan suatu keharusan. Yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemauan serta kemampuan untuk menerima dengan baik kelemahan/kekurangan dan kelebihan/kekuatan yang ada masing-masing individu anggota tim. Disamping itu setiap anggota tim termasuk pemimpinnya juga harus mampu membangun rasa percaya dan rasa hormat secara timbal balik (mutual trust and mutual respect).
Secara keseluruhan dasar pemikiran dilakukannya kerja sama peran adalah bertolak dari pemahaman bahwa di dunia ini tidak ada manusia/individu yang sempurna- (nobody is perfect). Perlu kiranya dipahamai bahwa dengan adanya kerja sama tim yang baik akan terbangun suatu sinergi dimana kelebihan/kekuatan yang dimiliki setiap anggota tim dapat dikontribusikan untuk mengatasi kekurangan/kelemahan anggota tim yang lain.
Faktor kunci yang dapat membangun rasa saling percaya dan saling hormat tersebut adalah adanya kedekatan secara individu. Kedekatan ini baru dapat dibangun apabila ada kedekatan secara emosional satu sama pada diri mereka yang terlibat dalam tim kerja. Suatu kedekatan yang tidak mungkin terbangun bila hanya dari sisi rasional saja.